Pura Ulun Danu Beratan

Pura Penataran Ulun Danu Beratan secara administratif terletak di Desa Candikuning Kecamatan Baturiti, kabupaten Tabanan. Pura ini berdiri megah di dalam kaldera Gunung Beratan Purba dengan dikelilingi panorama Gunung Pangelengan, Bukit Puwun, Bukit Tapak, dan bukit-bukit kecil lainnya. Lingkungan sekitar Pura Penataran Ulun Danu Beratan sangat asri, dengan latar belakang pegunungan dan Danau Beratan, serta taman-taman bunga yang tertata rapi dan sedap dipandang mata. Rata-rata suhu maksimum di kawasan ini 22,4 derajat Celsius dan minimum 15,4 derajat Celsius, membuat kawasan Pura ini betul-betul berhawa sejuk.

Sejarah
Sejarah keberadaan Pura Ulun Danu Beratan di Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan diuraikan dalam Lontar Babad Mengwi. Diceritakan, I Gusti Agung Putu dalam suatu pertandingan yang bersifat kesatria dikalahkan oleh I Gusti Ngurah Batu Tumpeng atau Ki Ngurah Kekeran. Sebagai orang yang kalah, I Gusti Agung Putu menjadi tawanan dan diserahkan kepada I Gusti Ngurah Tabanan. Oleh I Ngurah Tabanan, I Gusti Agung Putu diserahkan kepada seorang Patih dari Marga yang bernama I Gusti Bebalang. Tidak begitu lama di Marga, I Gusti Agung Putu berniat meningkatkan kesaktian dan kesuciannya. Niat ini muncul atas renungan mendalam karena kalah dalam perang tanding melawan I Gusti Ngurah Batu Tumpeng. Untuk meningkatkan kemampuan diri, ia melakukan tapa brata di puncak Gunung Mangu. Dalam tapa brata itu  Gusti Agung Putu mendapat berbagai pencerahan dan kesaktian sebagai seorang kesatria.

Setelah I Gusti Agung merasa cukup mapan, beliau turun gunung dan mendirikan istana di Belayu atau di Bala Ayu. Di sini I Gusti Agung Putu banyak memiliki pengikut. Pertandingan secara kesatria lagi diulang melawan I Gusti Ngurah Batu Tumpeng. Pertarungan akhirnya dimenangkan oleh I Gusti Agung Putu. Setelah kemenangan itu istananya di Belayu dipindahkan ke Bekak dengan nama Puri Kaleran. Di sini I Gusti Agung Putu mendirikan tempat pemujaan dengan nama Taman Ganter dan istananya bernama Kawiapura. Setelah mengalahkan musuh-musuhnya termasuk membantu Raja Tabanan mengalahkan musuhnya, selanjutnya ia mendirikan tempat pemujaan di tepi Danau Beratan untuk memuja Batara di Pura Puncak Mangu. Hal ini terjadi menurut Babad Mengwi tahun Saka 1556.

Piodalan di Pura ini jatuh setiap enam bulan sekali, tepatnya pada Selasa Kliwon Wuku Julungwangi atau dikenal dengan sebutan Anggarakasih Julungwangi. Kali ini di Pura bersangkutan akan digelar Karya Tawur Panca Bali Krama, Piodalan Pedudusan Agung, Danu Kertih dan Giri Kertih serta Karya Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini yang puncaknya jatuh pada Selasa (21/6) mendatang.

Pura Penataran Ulun Danu Beratan di-empon oleh empat Pesatakan yaitu Pesatakan Bangah, Baturiti, Antapan, dan Candikuning. Secara umum Pura ini dibagi menjadi beberapa kompleks penataran yaitu Pura Penataran Agung, Pura Telengin Segara, Pura Lingga Petak dan Pura Dalem Purwa. Sebagian areal Pura berada di tepi danau yaitu kompleks Pura Penataran Agung dan Pura Dalem Purwa, sedangkan yang terletak di dalam danau, disangga daratan kecil yaitu Pura Telenging Segara yang terdapat meru tumpang 11 dan Pelinggih Lingga Petak terdapat meru tumpang 3.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *