Tari Oleg Tambulilingan

Tari Oleg Tamulilingan, Keabadian Mario Tari Oleg Tamulilingan karya I Ketut Maria (dipanggil Mario), seniman asal Tabanan pada 1951 — yang memperlihatkan kelincahan olah tubuh dan serasi dengan iringan gamelan — itu hingga kini merupakan salah satu tari Bali yang abadi dan digemari para penari. Banyak remaja Bali yang berangan-angan untuk menguasai tari yang menggambarkan romantika lelaki dan perempuan dengan sempurna itu.
TARI Oleg Tamulilingan adalah tarian yang setiap geraknya mengandung karakter keindahan Bali. Penciptanya yang lebih dikenal dengan panggilan Mario, mendapat kehormatan dengan mengabadikan namanya sebagai nama gedung pertemuan Pemkab Tabanan, 21 km barat Denpasar.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Tabanan telah menggelar Lomba Tari Oleg Tamulilingan dan Kebyar Terompong yang terbuka untuk peminat di seluruh Bali, guna mengenang dan mendiang Mario. Bupati Tabanan, Nyoman Adi Wiryatama menyambut baik penyelenggaraan lomba ini. Ratusan remaja dari delapan kabupaten/kota di Bali sempat mendaftarkan diri sebagai peserta, namun panitia hanya menyediakan tempat bagi 40 pasang penari Oleg dan 16 penari Kebyar Terompong. Jumlah peserta kali ini lebih banyak jika dibandingkan dengan lomba serupa tahun lalu hanya diikuti 20 peserta.

Kompetisi tari Bali yang berlangsung 25-27 Maret lalu di Gedung Mario Tabanan ini juga menjadi hiburan segar bagi masyarakat, selain tujuan utamanya sebagai ajang peningkatan kreativitas seni di daerah “lumbung beras” Bali itu. Generasi muda terlihat antusias mengikuti lomba tari Oleg yang menjadi wadah untuk membuktikan kemampuan dan penguasaan tari serta memperebutkan hadiah total senilai Rp 37 juta. “Tari Oleg itu lembut namun punya tingkat kesulitan tinggi, mendorong saya ingin menjadi penari Oleg terbaik di Bali,” tutur Wiwik (18), peserta dari Karangasem. Niat luhur dari Disbudpar dalam mempertahankan gaya tari rancangan Mario patut dihargai, ungkap I Gusti Agung Ngurah Supartha, salah seorang tim juri dalam lomba tersebut. Mantan Kepala Taman Budaya Denpasar itu melihat dalam perkembangan Tari Oleg dan Kebyar Terompong belakangan ini muncul semacam rasa waswas bahwa “Oleg asli ciptaan Mario” bisa punah “ditelan gelombang” tari baru yang tak tentu arah dan akar budayanya.

Perkembangan Tari Oleg dan Kebyar Terompong dalam beberapa periode belakangan memang mengalami perubahan gerak, jika diamati dengan cermat, perubahan itu bisa berakibat buruk. Pengenalan gaya Mario menurut Agung Suparta lebih memicu kreativitas generasi muda terhadap bentuk-bentuk “pemberontakan” Mario pada masanya. “Dalam tari Oleg Tamulilingan, bisa dilihat simbol-simbol pemberontakan gerak yang dilakukan Mario dalam seni tari Bali,” tutur seorang pengamat seni muda Tabanan, Putu Arista Dewi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *