Museum Subak Sanggulan

Sejarah  Museum Subak

Pada tanggal 17 Agustus 1975, I Gusti Ketut Kaler, pakar adat dan agama (kanwil Departemen Agama Propinsi Bali) mencetuskan gagasan melestarikan lembaga adat subak sebagai warisan budaya bangsa yang luhur. Subak yang telah ada sejak jaman dulu (abad ke XI) dan berkembang hingga kini, masih menempatkan jati diri dengan ciri khas kemandirian atas landasan filsafat yang kekal yaitu”Tri Hita Karana”, tiga penyebab kebahagiaan ( hubungan manusia dengan Tuhan, dengan alam, dan antar manusia).

Dengan berkembangnya ilmu dan teknologi, tidak dapat dipungkiri perkembangan itu akan berpengaruh pula  terhadap kehidupan subak.Bila hal ini terjadi dalam waktu singkat maka berbagai peralatan tradisional akan cepat berganti, sehingga akan sulit dilacak dan perlu dihimpun kembali peralatan yang berjasa dalam kehidupan subak itu, karena telah berganti denan alat-alat modern. Atas dasar itulah, muncul gagasan untuk mempertahankan salah satu wilayah subak yang masih asri lestari untuk dijadikan semacam cagar budayapada tempat itu dibangun pula tempat penyimpanan alat/ peralatan dan benda-benda yang ada kaitannya dengan usaha tani serta kehidupan subak, termasuk didalamnya dibangun rumah petani tradisional yang mengikuti segala aturan pembangunan asta bumi danasta kosala-kosali, tata ruang dan tata letak menurut tradisi masyarakat Bali. Gagasan tersebut di atas disebut” Cagar Budaya Museum Subak”, yang selanjutnya bernama ‘Museum Subak”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *